Jumat, 26 April 2013

Makam Buyut Tambi

Makam Buyut Tambi berada di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg pada jalur jalan Jatibarang-Indramayu.  Morfologi daerah merupakan pedataran rendah. Sekitar situs merupakan pemukiman padat. Komplek makam berpagar tembok bata setinggi sekitar 2,5 m. Di depan komplek makam merupakan tanah lapang. Gerbang untuk memasuki komplek makam berada di sisi timur terdiri dua jalan masuk. Gerbang utama berada di bagian selatan. Di bagian utara terdapat gerbang lainnya. Kedua gerbang tersebut berbentuk gapura koriagung (gapura beratap). Bagian atas terdapat hiasan kemuncak berjumlah empat. 

Kompleks makam terbagi dalam tiga halaman. Jalan yang berada pada halaman pertama dan kedua dilengkapi koridor. Di kanan dan kiri koridor terdapat bangunan terbuka untuk para peziarah. Pada halaman kedua di sisi utara terdapat mushala. Pada halaman ketiga, hampir seluruhnya berada pada bangunan terbuka. Pada bagian ini terdapat sekat-sekat untuk memisahkan para peziarah. Bagian selatan halaman ketiga merupakan bagian terbuka, terdapat lima kuburan. Makam Buyut Tambi berada di halaman ketiga, di bagian utara halaman. Makam tersebut berada pada kamar berdinding keramik. Pintu masuk berada di sisi selatan dalam keadaan terkunci yang bila dibuka harus sepengetahuan dan seijin Juru Kunci (Kuncen) karena sangat disakralkan. Pada dinding sisi selatan ini dihias dengan tempelan piring keramik. Di depan pintu cungkup terdapat berbagai kelengkapan ziarah seperti tungku pembakaran kemenyan, botol air, dan benda-benda kecil lainnya.
Latar sejarah Buyut Tambi tidak banyak diketahui. Masyarakat tidak berani menceritakan sepak terjang Buyut Tambi karena takut terkena akibat buruk bila yang diceritakannya tidak benar. Sebagian masyarakat ada yang menyebutkan bahwa Buyut Tambi adalah seorang dalang wayang kulit. Asal-muasal Buyut Tambi tidak pernah diketahui secara pasti. Dalah yang kemudian membuka lahan pemukiman yang pada saat itu masih kosong. Maka, sejak saat itu, berkembang anak-cucu Buyut Tambi di desa itu. Untuk menghormati almarhum Buyut Tambi, dinamakanlah desa itu sebagai Desa Tambi. 
Meski sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai buruh tani, darah seni yang dimiliki Buyut Tambi ternyata tetap mengalir kuat. Maka, tidak heran bila di balik penampilan mereka yang sederhana, tersimpan kemahiran menari, menyanyi, memainkan berbagai alat musik, memahat, hingga mendalang. Hal yang menarik, penentuan juru kunci makam Buyut Tambi dilakukan secara lelang. Masa jabatan juru kunci 2 tahun.  Pada saat-saat tertentu masyarakat melakukan munjungan. Keunikan munjungan ini terletak pada tata ritualnya. Para peziarah makan bersama di kompleks makam sang leluhur, sambil menyaksikan pentas berbagai kesenian, macam wayang kulit, tari topeng, tarling, hingga dangdut, para pemainnya ialah para keluarga, anak cucu Buyut Tambi.
Makam Buyut Tambi sangat ramai dikunjungi para peziarah baik dari Kabupaten Indramayu tetapi juga dari daerah lainnya, dalam rangka munjungan maupun sekedar nyekar. Perbedaan antara munjungan dan nyekar adalah waktu pelaksanaannya. Jika nyekar hanya dilakukan menjelang bulan Ramadhan, maka munjungan tidak terbatas waktu. Kapan saja bisa. Namun, yang paling sering dilakukan pada bulan Jumadilakhir dalam penanggalan Jawa. Bulan Jumadilakhir adalah bulan di saat panen kedua usai setiap tahun. Sehingga kegiatan munjungan tersebut dapat berjalan lancar. Hal ini terkait juga dengan biaya yang ditanggung bersama oleh seluruh keluarga. Pada hari pelaksanaan munjungan, biasanya seluruh keluarga besar, baik yang berada di wilayah Indramayu sendiri, maupun yang telah tersebar di lain tempat, akan berdatangan sejak beberapa hari sebelumnya, untuk mengadakan persiapan. Yang dilakukan adalah pembagian tugas, persiapan panggung, sampai urutan acara dan siapa saja yang akan unjuk kebolehan pada hari itu. Maka pada hari yang telah ditentukan, sejak pagi para keluarga mulai datang berduyun-duyun membawa makanan khas, seperti tumpeng, ayam panggang, sampai urap (campuran beberapa macam sayuran rebus yang dibumbui cabai dan parutan kelapa).
Uniknya juga tiap makanan yang dibawa, sebelumnya dilaporkan kepada salah seorang wakil keluarga yang berada tepat di sisi makam, untuk diambil sedikit dan ditaruh di atas daun pisang dan diletakkan di dekat makam yang telah harum karena aroma kemenyan yang dibakar. Makanan itu kemudian dibawa ke depan panggung, tempat para sanak keluarga telah berkumpul dengan bawaan masing-masing. Tanpa dikomando lagi, acara demi acara berjalan dengan lancar. Semua ambil bagian untuk unjuk kebolehan sesuai urutan yang telah disepakati sebelumnya. Berbagai kesenian ditampilkan, mulai dari nyanyi, tari, lawak, wayang, dangdut, dan lain-lain.
Tepat pukul 12.00 WIB semua kegiatan dihentikan sejenak untuk memulai acara makan siang bersama. Maka berlangsunglah acara tukar-menukar lauk-pauk sembari diseling sendagurau (guyon). Usai makan siang, acara pun dilanjutkan hingga malam hari, atau bahkan keesokan harinya, bila kesenian yang ditampilkan sangat banyak. Semua orang bersuka-cita pada acara itu, tidak ada isak tangis dan air mata meski kegiatan dilakukan di komplek makam. Munjungan selain bermakna sebagai wujud terima kasih kepada almarhum leluhur, juga sekaligus menjadi ajang reuni keluarga besar yang telah tersebar di segala penjuru. Makam Buyut Tambi selama ini lebih dikenal sebagai objek peziarahan. Adanya event munjungan ini dapat dijadikan daya tarik tersendiri kepada para peziarah agar lebih mengenal berbagai kesenian yang mungkin juga merupakan warisan Buyut Tambi. Oleh karena itu rencana diadakannya munjungan perlu disebarluaskan sebelum acara dilaksanakan, agar banyak calon wisatawan terutama domestik yang datang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar